INILAH.COM, Jakarta - Penghargaan gelar kesatria atau Knight Grand Cross in the Order of Bath dari Ratu Inggris, Elizabeth II kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak ada kaitannya dengan proyek Train III LNG Tangguh di Papua oleh British Petroleum (BP).
"Gas Tangguh tidak ada hubungannya dengan gelar Presiden. Itu bukan barter, tapi kita memang berjuang," kata Menteri ESDM, Jero Wacik di kantor Kementerian ESDM Jakarta, Selasa (6/11/2012).
Pemerintah Indonesia resmi menyampaikan persetujuan atas proposal pengembangan kilang LNG Tangguh ini pada saat pertemuan bilateral Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron di London, Kamis (1/11).
Dalam pertemuan itu, hadir juga CEO BP Group, Bob Dudley dan Presiden BP di Asia Pasifik, William Lin. Investasi untuk pengembangan kilang LNG Tangguh ini diperkirakan mencapai lebih dari US$12 miliar.
Menurut Wacik, tanggapan atau pandangan orang gelar tersebut diberikan karena adanya proyek LNG Tangguh yang dikerjakan oleh perusahaan asal Inggris tidak benar. "Pemberian gelar tersebut karena memang prestasi yang menonjol terutama di sektor ekonomi, sebab ekonomi Indonesita tetap tumbuh walaupun ekonomi dunia tidak stabil. Selain itu proses demokrasi di Indonesia juga membaik, meski ada sebagian kecil tindakan anarki," ujar Wacik.
Lebih lanjut Wacik mengatakan bahwa selain SBY, beberapa pejabat negara yang pernah mendapat gelar kehormatan tersebut adalah Presiden AS, Ronald Reagen, Presiden Turki, Abdullah Gul dan Presiden Perancis, Jaques Chirac. [hid]
Anda sedang membaca artikel tentang
KESDM, Gelar SBY Bukan Barter dengan LNG Tangguh
Dengan url
http://serbaupdaterus.blogspot.com/2012/11/kesdm-gelar-sby-bukan-barter-dengan-lng.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
KESDM, Gelar SBY Bukan Barter dengan LNG Tangguh
namun jangan lupa untuk meletakkan link
KESDM, Gelar SBY Bukan Barter dengan LNG Tangguh
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar